Selasa, 25 Agustus 2009

KENAPA SAYA TIDAK BOLEH MENCIUM KA'BAH ?

Di depan Ka'bah, seluruh organ tubuhku bergetar. Bukan karena melihat bangunan Ka'bah untuk kali pertama, namun saya teringat bahwa Nabiku, Nabi Muhammad pernah di tempat ini. Artinya saya menapaki jejak Rasulllah yang tercinta. Subhanallah.

Meski begitu air mata saya tidak menangis atau berkaca-kaca di depan Ka'bah sebagaimana teman satu perjalanan saya yang sama-sama baru kali pertama berdiri di depan Ka'bah. Entah kenapa ya , padahal sudah saya paksa untuk menangis, namun enggak juga keluar air mata saya.

Baru beberapa saat kemudian Allah memberikan jawaban atas keganjilan yang saya alami. Keterangan yang dapat bahwa tidak pantas manusia menangisi sebuah benda, sesuci dan semulia apapun benda itu sebab tidak ada yang menandingi Kesucian dan Kemulian Allah. Dan hanya Allah yang pantas diratapi untuk memohon ampunanNya. Subhanallah, elok benar.

Oh, iya...saat saya umroh, puasa ramadhan sudah berjalan 5 hari dengan cuaca Mekkah sangat cerah menjurus panas terik yang kata ustads pendamping suhunya 42 derajad celcius.

Sesudah selesai melaksanakan thawaf, ada keingian hati sebelum ikutan mencium Hajar Aswad, saya hendak mencium dinding Ka'bah seperti jamaah lainnya. Karena agak longgar, saya sangat mudah mendekati dinding Ka'bah.

Tangan kiri saya tempelkan dinding Ka'bah, lantas tangan kanan hendak saya tempelkan juga ke dinding Ka'bah. Setelah itu, mau saya, mulut henddak saya sorongkan ke dinding Ka'bah.

Namun aneh, tangan kanan saya tidak bisa bergerak mencapai dinding Ka'bah apalagi mulut saya. Saya merasa terpaku diam. Kok aneh ya ? Saya tidak punya angan dan pikiran macam-macam.

Saya tengok ke kanan, lha kok jamaah lainnya sangat mudah mencium Ka'bah, bahkan sebagian ada yang meraung -raung tangisannya, kok saya enggak bisa.
Saya diam di tempat sebab memang saya tidak bisa bergerak sama sekali. dan tiba-tiba saja....

Sayup-sayup saya menangkap suara lirih yang saya ingat begini :

" Engkau jangan meniru seperti mereka. Itu tidak benar, Ka'bah diciptakan sebagai tanda bagi umat dalam menentukan arah kiblat sholat...... ".

Setelah suara itu hilang, baru tangan dan badan saya bisa saya gerakkan kembali. Saya istighfar. Saya berbisik. Ya Allah...sungguh saya ini sangat bodoh, maka hamba memohon ampunanmu.

Saya menangis sesenggukkan, bukan karena ingat kebodohan saya, namun saya merasakan betapa Allah Maha Rahman dan Rahim meski terhadap makhluk ciptaanNya sebodoh saya.

2 komentar:

  1. aslakm pak. sungguh mengesankan. BTW, ini cerita pribadi apa cerita orang lain?

    BalasHapus
  2. Kalau cerita org lainpun kan gak kurang nilainya sebagai pedoman saudara ku.

    BalasHapus